Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman
bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Selain keragaman bentuk
muka bumi, Indonesia juga diperkaya dari letak geografis maupun letak
astronomis. Letak astronomis berpengaruh terhadap iklim, sementara letak
geografis berpengaruh terhadap keadaan alam maupun penduduknya. Kondisi yang
demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan segala aktivitas
manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi sosial suatu wilayah tidak akan
terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu kajian/pembahasan geografi adalah
mengkaji/membahas saling hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di
permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya
tegantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya.
Penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap
kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya
untuk kesejahteraan hidupnya.
Kata Kunci: kondisi
geografis, letak geografis, letak astronomis, kondisi musim, persebaran jenis
tanah, persebaran flora dan fauna, kondisi penduduk.
A. Pengaruh Letak Geografis Indonesia Terhadap Kondisi
Alam dan Penduduk
Pengertian letak geografis adalah letak suatu negara dilihat
dari kenyataan di permukaan bumi. Letak geografis disebut juga letak relatif,
disebut relatif karena posisinya ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis
yang membatasinya, misalnya gunung, sungai, lautan, benua dan samudra. Menurut
letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan
Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Agar semakin jelas dimana letak geografis Indonesia perhatikan gambar peta dan
globe di bawah ini:
1) Letak Geografis Indonesia pada peta:
2) Letak Geografis Indonesia pada Globe
Letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan berada
di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan
penduduk. Letak ini juga disebut/dikenal sebagai posisi silang (cross position), seperti gambar di
bawah ini:
Letak geografis ini sangat strategis untuk negara Indonesia,
sebab tidak hanya kondisi alam yang mempengaruhi kehidupan penduduk Indonesia,
tetapi juga lintas benua dan samudera ini berpengaruh terhadap kebudayaan yang
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa,
peradaban, dan agama dengan keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. Selain
kebudayaan, Indonesia juga mendapatkan keuntungan ekonomis, seperti: pertama, kerjasama antar
negara-negara berkembang sehingga memiliki mitra kerjasama yang terjalin dalam
organisasi, seperti ASEAN (Association of Southeast Asian Nations/Perhimpunan
Bangsa-bangsa Asia Tenggara) kedua, seperti terlihat pada gambar
di atas dapat diketahui Indonesia sebagai inti jalur perdagangan dan pelayaran
lalu lintas dunia, jalur transportasi negara-negara lain, sehingga menunjang
perdagangan di Indonesia cukup ramai dan sebagai sumber devisa negara.
Diketahui secara geografis wilayah Indonesia sangat luas,
maka negara kita dikenal sebagai Negara Kepualauan atau Negara Maritim. Ini
terbukti dari luas wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri
dari pulau-pulau, dengan memiliki ± 17.000 buah pulau dengan luas daratan
1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.Dengan
wilayah Indonesia yang begitu luasnya, maka memiliki keuntungan-keuntungan,
sebagai berikut: a) mempermudah hubungan dengan negara lain, ikatan dagang; b)
saling menjalin kerja sama; b) lalu lintas perdagangan damai dan lancar; c)
persaingan yang menguntungkan dan d) sumber daya kelautan yang berlimpah.
Keuntungan lainnya, seperti pada keanekaragaman budaya. Ini
menjadi daya tarik bagi masyarakat dunia, sehingga Indonesia menjadi suatu
wilayah salah satu tujuan utama untuk berwisata. Dengan kecantikan alam dan
keanekaragaman budaya bangsa kita, maka sektor pariwisata menjadi salah satu
sumber devisa negara.
Letak geografis Indonesia ternyata tidak selalu membawa
keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian, misalnya: pada tatanan
kehidupan sosial, masyarakat Indonesia dapat terpengaruh oleh budaya luar yang
diserap tanpa adanya proses penyaringan (selektif) terhadap budaya yang
negatif, sehingga akan menumbuhkan dampak sosial yang kurang baik. Budaya
negatif yang diserap tanpa proses selektif dapat mempengaruhi masyarakat
Indonesia, seperti: gaya hidup kebarat-baratan, sifat individualisme, dan cara pandang
yang terlampau luas. Budaya negatif ini dapat mengakibatkan rasa hormat
menghormati dan sopan santun antar sesama luntur, budaya lokal kurang
dipertahankan atau mulai ditinggalkan.
Letak geografis Indonesia juga berpengaruh terhadap
keadaan/kondisi alam. Pertama,
Indonesia beriklim laut, sebab merupakan negara kepulauan sehingga banyak
memperoleh pengaruh angin laut yang mendatangkan banyak hujan. Kedua, Indonesia memiliki iklim
musim, yaitu iklim yang dipengaruhi oleh angin muson yang berhembus setiap 6
bulan sekali berganti arah. Hal ini menyebabkan musim kemarau dan musim hujan
di Indonesia.
B. Pengaruh Letak Astronomis Indonesia
Letak Astronomis suatu negara ialah letak suatu tempat
didasarkan pada posisinya terhadap garis lintang dan garis bujur. Garis lintang
merupakan garis-garis yang sejajar dengan khatulistiwa yang melintang mengitari
bumi sampai daerah kutub. Sementara, garis bujur merupakan garis tegak yang
berjajar menghubungkan wilayah kutub utara dan selatan. Garis-garis tersebut
merupakan garis khayal yang dipergunakan sebagai pedoman untuk menunjukkan
posisi suatu daerah di muka bumi.
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara
6° LU – 11° LS dan antara 95° BT – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara
adalah Pulau We di Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di 6° LU. Wilayah
Indonesia paling selatan adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada
pada 11° LS. Wilayah Indonesia paling barat adalah ujung utara Pulau Sumatera
yang berada pada 95° BT dan wilayah Indonesia paling Timur di Kota Merauke yang
berada pada 141° BT.
Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
1) Wilayah Indonesia terletak di sekitar khatulistiwa atau
secara keseluruhan terletak di daerah lintasan timur dan berada di daerah
tropis. Indonesia mempunyai panjang bujur 46° (sama dengan 118 kelili bumi) dan
lebar lintang 17°. Garis
lintang dipergunakan untuk membagi wilayah iklim di bumi yang disebut iklim
matahari. Berdasarkan letak lintang, Indonesia beriklim tropis dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
Memiliki curah
hujan tinggi.
Memiliki hujan
hutan tropis yang luas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Menerima
penyinaran matahari sepanjang tahun.
Banyak terjadi
penguapan sehingga kelembapan udara cukup tinggi.
2) Wilayah Indonesia dibagi dalam
tiga daerah waktu, dengan selisih waktu masing-masing 1 jam. Ketiga daerah
waktu tersebut antara lain:
Waktu Indonesia
Barat (WIB), meliputi daerah Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pusat meridiannya
adalah 105° BT dan selisih waktu 7 jam lebih awal dariGreenwich Mean Time (GMT).
Waktu Indonesia
Tengah (WITA), meliputi Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Waktu Indonesia Tengah
memiliki selisih waktu 8 jam lebih awal dari GMT.
Waktu Indonesia
Timur (WIT), meliputi Kepualuan Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil
sekitarnya. Waktu Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu 9 jam lebih
awal dari GMT.
Pengaruh Letak Astronomis di Dunia:
Letak astronomis di dunia berpengaruh terhadap perbedaan
iklim disetiap wilayah. Perbedaan iklim ini dibatasi oleh garis lintang.
Seperti gambar di bawah ini, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan
dilalui oleh garis khatulistiwa, maka Indonesia memiliki iklim tropis.
Perhatikan gambar berikut ini:
Keterangan:
Daerah beriklim
dingin utara terletak diantara 60½° LU – 90° KU (Kutub Utara)
Daerah beriklim
sedang utara terletak diantara 40° LU – 60½° LU
Daerah beriklim
subtropis utara terletak diantara 23½° LU – 40° LU
Daerah beriklim
tropis terletak diantara 23½° LU – 23½° LS (Daerah Khatulistiwa)
Daerah beriklim
subtropis selatan 23½° LS – 40° LS
Daerah beriklim
sedang selatan terletak diantara 40° LS – 60½° LS
Daerah beriklim
dingin selatan terletak diantara 60½° LS – 90° KS (Kutub Selatan)
C. Hubungan Letak Geografis dengan Perubahan Musim di
Indonesia
Indonesia berada diantara 6° LU – 11° LS dan merupakan
daerah tropis dengan dua musim, yakni musim kemarau dan penghujan yang
bergantian setiap enam bulan sekali. Terjadinya perubahan musim ini disebabkan
antara lain:
1. Peredaran semu matahari tahunan
Peredaran semu tahunan matahari merupakan peredaran matahari
pada bidang ekliptika dalam jangka waktu satu tahun. Bidang
ekliptika adalah lingkaran yang ditempuh oleh matahari dalam waktu satu tahun.
Pergerakan matahari dari khatulistiwa menuju garis lintang balik utara 23½° LU,
kembali ke khatulistiwa dan bergeser menuju ke garis lintang bali selatan 23½°
LS dan kembali lagi ke khatulistiwa. Setiap hari akan terjadi pergeseran dari
letak terbit/terbenamnya dibandingkan dengan letak yang kemarin. Pergeseran ini
disebabkan karena proses perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi),
sehingga dapat diketahui bahwa yang berubah adalah posisi bumi terhadap
matahari. Akibat dari perputaran bumi yang mengelilingi matahari tersebut, maka
mengakibatkan terjadinya pergeseran semu letak terbit/terbenamnya matahari.
Berikut ini bagan yang menunjukkan pergeseran semu letak terbit/terbenamnya
matahari dalam satu tahun. Perhatikan bagan berikut ini:
2. Terbentuknya angin muson
Musim di Indonesia terjadi sebagai akibat letak geografis
Indonesia di antara dua benua besar. Benua Asia berada di bumi belahan utara,
sedangkan Benua Australia berada di belahan bumi selatan yang mengakibatkan
tekanan udara yang berada di Asia dan di Australia. Dengan perbedaan tekanan
udara tersebut maka terjadilah angin muson. Angin muson adalah angin yang
setiap setengah tahun (6 bulan) berganti arah, sehingga di Indonesia terjadi
dua musim, yaitu: musim penghujan dan musim kemarau.Di
Indonesia terdapat dua angin muson, yaitu:
a) Angin muson barat
Angin muson barat bertiup pada bulan Oktober – Maret, pada
saat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi selatan, sehingga
penyinaran matahari di Benua Australia lebih tinggi di banding di Benua Asia.
Hal ini menyebabkan udara di Benua Australia bertekanan minimum (-) dan di
Benua asia bertekanan maksimu (+), sehingga angin yang bertiup dari Asia menuju
ke Australia. Pada kondisi seperti Indonesia terjadi musim hujan, karena angin
melewati samudera luas (Pasifik) yang banyak membawa uap air.
b) Angin muson timur
Angin muson timur bertiup mulai bulan April – September,
disaat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi utara. Akibatnya tekanan
udara di Asia rendah (-) dan tekanan udara di Australia tinggi (+), sehingga
angin bertiup dari Australia ke Asia. Angin muson timur melewati gurun yang
luas di Australia, sehingga bersifat kering. Oleh karena itu Indonesia saat itu
mengalami musim kemarau.
D. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
Curah hujan yang cukup tinggi di daerah tropis mengakibatkan
suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, daerah tropis dikenal sebagai
kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan berbagai potensi kekayaan alam,
melainkan juga berperan sebagai paru-paru dunia.
1. Persebaran flora di Indonesia
Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim
memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama curah hujan dan suhu udara.
Pengaruh suhu udara terhadap habitat tumbuhan di Indonesia telah dikenal dengan
klasifikasi Junghuhn, seorang ahli botani asal Jerman yang membagi jenis
tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat.
2. Persebaran fauna di Indonesia
Persebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan sejarah
geologis Kepulauan Indonesia. Menurut Alfred Russel Wallace, terdapat perbedaan
sebaran binatang di Indonesia. Klasifikasi persebaran fauna di Indonesia
dikenal dengan sebutan kralsifikasi garis wallace. Menurut klasifikasi ini
Indonesia memiliki dua sebaran hewan, yaitu: a) di bagian barat merupakan
daerah dengan jenis hewan berasal dari Benua Asia; dan b) bagian timur adalah
daerah dengan jenis hewan dari Benua Australia. Namun dalam klasifikasi ini
dibagi lagi oleh Wallace menjadi tiga tipe fauna, yaitu: tipe Asiatis,
Asiatis-Australis (Peralihan), dan Australis. Pada perkembangannya Garis
Wallace disempurnakan lagi oleh Weber menjadi lebih detil. Ahli binatang lain
ialah Lydekker, yang menentukan batas barat fauna Australia dengan menggunakan
garis kontur kedalaman laut antara 180-200 meter sekitar Paparan Sahul dan
Paparan Sunda.
E. Persebaran Jenis Tanah dan Pemanfaatannya di
Indonesia
Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar
yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak
mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal
dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun
manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan
dan mineral. Berikut
ini adalah peta persebaran jenis tanah di Indonesia:
Keterangan Warna:
Merah: Tanah
Vulkanis. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah sekitar gunung berapi.
Tanah ini terbentuk dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan.
Jenis tanah ini umumnya mempunyai ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah
tertiup angin, dan jika terkena hujan lapisan tanah bagian atas menutup
sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Jenis tanah ini sangat subur.
Pemanfaatannya biasanya dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan.
Biru: Tanah
Aluvial. Tanah ini juga sering disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur dan
pasir halus yang terbawa oleh air sungai, lalu diendapkan di dataran rendah,
lembah dan sekungan sepanjang daerah aliran sungai. Tanah aluvial tidak
semuanya mempunyai kandungan unsur hara yang sama. Tinggi rendahnya kandungan
unsur haranya tergantung pada tanah induknya. Pemanfaatannya sebagai pertanian
(persawahan) karena kondisi keasamannya yang sesuai dan letaknya berada di
daerah rendah.
Merah muda:
Tanah Laterit. Tanah ini biasanya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah
laterit miskin akan unsur hara sehingga tidak subur. Tanah ini banyak dijumpai
di daerah pegunungan yang hutannya sudah gundul atau lapisan humusnya telah
habis karena adanya erosi (tererosi). Jenis tanah ini tidak boleh dibiarkan
begitu saja, harus segera diadakan penghijauan atau reboisasi, yaitu dengan
cara mengusahakan menanami kembali supaya tanah tersebut dapat subur kembali.
Tanah ini dipergunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik).
Ungu: Tanah
Litosol. Tanah ini sering juga disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini terbentuk
karena pelapukan batuan yang sempurna sehingga sukar ditanami atau kandungan
unsur haranya sangat rendah. Sebagian besar jenis tanah ini tidak bisa
dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang produktif dimanfaatkan untuk tanaman
keras, tegalan, palawija, dan padang rumput.
Biru Muda: Tanah
Organosol atau tanah gambut, yaitu tanah yang berasal dari bahan organik yang
terbentuk karena genangan air sehingga peredaran udara di dalamnya sangat
kurang dan proses penghancurannya menjadi tidak sempurna karena kekurangan
unsur hara.
Selain keterangan dan peta di atas, masih banyak lagi jenis
tanah yang tersebar di Indonesia, seperti: Tanah mergel yang tersebar di daerah
dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara; Tanah
Terasora tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Sumatera; Tanah Humus terdapat di Kalimantan Sumatera, Sulawesi dan Papua; dan
sebagainya.
F. Kondisi Penduduk Indonesia
Menurut para ahli ilmu Geologi, kepulauan Indonesia yang
merupakan suatu gugusan yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ini
terbukti bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang masyarakatnya majemuk
yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang menyebar dari Sabang (ujung
Sumatera Utara) sampai Merauke (ujung Papua). Keanekaragaman
suku-bangsa ini tentunya seperti yang telah disebutkan di awal pembahasan ini,
bahwa Indonesia terletak di cross
position (posisi silang). Bukan saja suku-bangsa atau ras yang
beraneka ragam di Indonesia, tetapi juga keaneragaman kepercayaan (agama),
misalnya seperti Hindu, Budha, Kristen (Katolik dan Protestan), Konghucu dan
Islam. Bahasa juga merupakan suatu kekayaan bangsa kita, ada bahasa Indonesia
menjadi bahasa persatuan dan bahasa-bahasa daerah yang menjadi identitas
kesukuan.
Sebagai daerah lintasan dan menjadi tempat tujuan setiap
orang yang melaluinya, bahkan ini sudah terjadi sejak satu juta tahun yang lalu
pada zaman prasejarah. Seperti persebaran manusia dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
Kelompok ras
Austronesia-Melanesoid (Papua Melanezoid), ada yang menyebar ke arah barat dan
ada yang menyebar ke arah timur. Mereka yang menyebar ke arah timur menduduki
wilayah Indonesia Timur: Papua, Pulau Aru dan Pulau Kai.
Kelompok ras
Negroid, yang kini menjadi orang Semang di semenanjung Malaka, orang Mikopsi di
Kepulauan Andaman.
Kelompok ras
Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatera Selatan
dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan
orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
Kelompok ras
Melayu Mongoloid, yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a) Ras Proto
Melayu (Melayu Tua), antara lain Suku Batak, Toraja, dan Dayak; dan b) Ras
Deutro Melayu (Melayu Muda), antara lain Suku Bugis, Madura, Jawa, dan Bali.
Berikut ini adalah peta persebaran kelompok ras Melayu:
G. Penutup
Dengan mempelajari kondisi fisik wilayah dan penduduk
Indonesia kita dapat mengetahui bahwa Indonesia memiliki tingkat kompleksitas
yang sangat tinggi, baik dari segi keadaan alamnya, maupun keadaan sosialnya.
Kondisi alam Indonesia yang bervariasi mengakibatkan kondisi penduduk yang
bervariasi keadaan sosialnya.
Di mana berbagai varian keadaan sosial juga mengandung
potensi konflik yang besar. Namun, yang patut disyukuri betapa pun majemuknya
bangsa Indonesia, kehidupan di dalamnya tetap bisa berjalan harmonis (Bhineka
Tunggal Ika) dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah mempelajari kondisi fisik wilayah dan penduduk
Indonesia kita juga diharapkan dapat: Menunjukkan pada peta dengan tepat letak
Astronomis Indonesia; Menjelaskan hubungan posisi geografis dengan perubahan
musim di Indonesia agar dapat bersikap yang selalu berupaya mencegah dan
memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar
dirinya; Mendeskripsikan wilayah daratan Indonesia agar dapat bersikap yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsanya; Mengidentifikasi penyebab
terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan
kemarau di wilayah Indonesia sehingga memiliki tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat
dan didengar; Mengemukakan informasi persebaran flora dan fauna di Indonesia
agar dapat bertindak mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan
(manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya; Mendeskripsikan persebaran
jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia agar dapat bertindak yang selalu
berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam,
dan tatanan) di sekitar dirinya; dan Menjelaskan budaya-budaya lokal yang ada
di Indonesia agar dapat bersikap saat memberikan respek/hormat terhadap
berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan
agama.
DAFTAR PUSTAKA
“Letak Indonesia”, dalam http://mr-geo-mtsn.blogspot.com/2009/07/letak-indonesia.html.
Download: 18 Juli 2012.
“Peredaran Semu Tahunan Matahari”, dalam http://jidaimnida.blogspot.com/ 2011/11/peredaran-semu-tahunan-matahari.html.
Download: 18 Juli 2012.
“Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara”, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Bangsa-bangsa_Asia_Tenggara.
Download: 18 Juli 2012.
“Wawasan Nusantara”, dalam http://silvianadita1.blogspot.com/2011/05/ wawasan-nusantara.html.
Download: 18 Juli 2012.
Koentjaraningrat, et.al. Manusia dan Kebudayaan Indonesia.
Jakarta: Djambatan, 1999.
Multimedia Pembelajaran CD Interaktif-Geografi, Kondisi Fisik Wilayah Indonesia: Untuk SMP/MTS.
Diproduksi oleh: Lebah Kreasi Multimedia, Solusi Media Pendidikan.
Sudarmi, Sri dan Waluyo, Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2: Untuk SMP/MTS Kelas VIII. Maryanto
(ed.). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Tim Penyusun, Buku
Ajar Geografi & Sosiologi Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Surakarta:
Citra Pustaka.
Tim Penyusun, Pendamping
Materi Geografi Untuk SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Klaten:
Prestasi Agung Pratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar